Rss Feed

Officially Missing You

All I hear is raindrops
Falling on the rooftop
Oh baby tell me why’d you have to go
Cause this pain I feel
It wont go away
And today I’m officially missing you
I thought that from this heartache
I could escape
But I fronted long enough to know
There ain’t no way
And today
I’m officially missing you

Oh can’t nobody do it like you
Said every little thing you do
Hey baby say it stays on my mind
And I, I’m officially

All I do is lay around
Two ears full of tears
From looking at your face on the wall
Just a week ago you were my baby
Now I don’t even know you at all
I don’t know you at all
Well I wish that you would call me right now
So that I could get through to you somehow
But I guess it’s safe to say baby safe to say
That I’m officially missing you

Well I thought I could just get over you baby
But I see that’s something I just can’t do
From the way you would hold me
To the sweet things you told me
I just can’t find a way
To let go of you

It official
You know that I’m missing you
Yeah yes
All I hear is raindrops
And I’m officially missing you

belajar dari KUPU-KUPU


Seseorang menemukan kepompong kupu-kupu. Suatu hari dia melihat lubang kecil muncul pada kepompong tersebut. Dia duduk mengamati beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang itu memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu itupun keluar dengan mudahnya, namun tubuhnya kembung dan kecil dengan sayap-sayap yang mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa pada suatu saat sayap-sayap tersebut akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh kupu-kupu tersebut, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi semuanya tak pernah terjadi.Kenyataanya kupu-kupu itu malah menghabiskan seluruh waktunya untuk merangkak dengan tubuh kembung dan sayap-sayap yang mengkerut.Dia tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk melewati lubang kecil itu ternyata adalah jalan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian rupa, sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.


Kadang-kadang perjuangan adalah sesuatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan mungkin itu justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita inginkan. Kita mungkin tidak akan pernah “terbang”.

Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita memohon kekuatan, tetapi Tuhan memberikan kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar. Kita memohon kebijakan,tetapi Tuhan memberikan berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana. Kita memohon kemakmuran, tetapi Tuhan memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya untuk mencapai kemakmuran. Kita memohon keteguhan hati, tetapi Tuhan memberi bencana dan bahaya untuk diatasi. Kita memohon cinta, tetapi Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Kita memohon kemurahan dan kebaikan, tetapi Tuhan memberi kesempatan-kesempatan yang silih berganti.

Begitulah cara Tuhan membimbing kita. Kadang Ia tidak memberikan yang kita minta, tapi yang pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Kebanyakan kita tidak mengerti atau mengenal, bahkan tidak mau menerima rencanaNya. Padahal justru itulah yang terbaik untuk kita. Tetaplah berjuang dan berusaha. Jika itu yang terbaik, maka pasti Tuhan akan memberikannya untuk kita.


source: daunlontar.com

" Kasih Tak Sampai "

Malam ini begitu sunyi. Kesunyian hatiku tak seorangpun yang dapat mengisi. Apalagi semenjak kepergiannya yang hanya meninggalkan goresan luka di hatiku. Seseorang yang teringat dalam memori kehidupan yang tak dapat terlukis dalam puing kenangan masa lalu. Ia pergi tanpa memberikan sebuah isyarat sehingga hati kecil ini pun selalu bertanya- tanya akan kepergiannya. Adakah secercah harapan untuk ia kembali hadir mengisi kehampaan jiwaku? Biarlah masa yang akan menjawabnya.

Seseorang yang pernah singgah di hatiku itu bernama Hafidzh. Aku bertemu dengannya saat SMA dahulu. Pertama kali kami berjumpa, terlihat biasa saja. Sampai suatu ketika, kamipun bertemu lagi dalam satu ekstrakulikuler di sekolah kami. Aku dengannya sering bekerjasama sehingga intensitas bertemu pun menjadi lebih sering antara aku dan dia. Kami adalah sahabat. Kami menjadi sahabat. Dan kami selalu sahabat. Ya, sahabat bagiku adalah seorang yang bisa menuntunku saat ku tak tau arah, mengarahkanku ketika ku tersesat, membangkitkan ketika ku terjatuh dan membuatku tersenyum saat ku terluka dan bersedih. Aku sering melewati suka duka bersamanya. Jika ada masalah salah satu dari kita pasti siap untuk membantu memecahkannya, itulah gunanya sahabat. Kami menjadi dekat saat masa-masa sekolah SMA dan kedekatan tersebut kini membuahkan benih-benih rasa yang seharusnya tidak ada diantara kita.

Namun aku tidak pernah mau mengakuinya, begitupun dengan si dia. Bagiku akan menjadi sangat kompleks jika dibicarakan dengan orang lain. Jadi, lebih baik aku diam seribu bahasa, tidak memikirkannya dan tidak juga untuk membayangkannya. Aku tidak lagi peduli dengan rasa itu, aku anggap itu akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun rasa itu kembali hadir mengisi hati saat kami akan berpisah. Kelulusan SMA membuat kami memilih jalan masing-masing. Aku memutuskan untuk kuliah di Eropa, tepatnya di Jerman, Universaite Heidelberg, dan dia lebih memilih untuk kuliah di dalam negeri. Aku pikir itulah sebuah resiko menuntut masa depan bagi pelajar yang ingin mencapai sukses. Antara jerman dan jakarta, aku harus melewati benua untuk bertemu dengannya.

Dia sempat mengantarkanku ke bandara sebelum keberangkatanku ke negeri seberang samudera. Sebelum berpisah, dia sempat berkata,

“Hmhm.. mau belajar aja sampe jauh bener deh. Jangan jauh-jauh ya loe.. jangan nangis kalo dah nyampe sana, pokoknya jangan pernah nangis..”

“Iyee.. bawel” ucapku sambil bernada kesal. Sepertinya ia memang memahamiku, aku lebih sering menangis ketika ditinggal ataupun meninggalkan.

“Ting.. Tung.. Ting.. Tung.. Pesawat C70i akan segera berangkat, diharapkan para penumpang untuk memasuki ruang landas”, terdengar sebuah pengumuman yang menandakan bahwa aku harus say goodbye dengan orangtuaku dan si dia. Aku melambaikan tangan kepada mereka. Saat aku memasuki ruang landas dan duduk sejenak, handphoneku bergetar. Ada 1 pesan masuk di hp ku.

“Aku akan setia menantimu, aku akan menunggumu sepulang dari Jerman. Aku akan meminangmu dan kamu harus menjadi pendamping hidupku nanti.”

Aku shock membacanya. Saat aku ingin membalas pesannya, tetapi tanda pengumuman berbunyi kembali. Itu menandakan bahwa aku harus menuju pesawat untuk lepas landas. Aku menjadi tidak sempat membalasnya.

8tahun kemudian..

Delapan tahun sudah ku belajar di Jerman. Aku rasa itu cukup dengan menyandang gelar ‘Sarjana Muda II Internasional’. Aku memutuskan untuk ke Jakarta dan segera bertemu dengan orangtuaku dan tentunya juga dengan si dia. Aku mengabari sebelumnya kepada orangtuaku bahwa aku akan menuju Indonesia pada hari itu. Aku mengabari mereka melalui pesan SMS saat aku di bandara Deutschland. Ternyata ada SMS balasan yang sudah kuduga pasti itu dari ibuku.

Ass.wr.wb Telah pulang ke Rahmatullah, anak kami HAFIDZH S ARDIYANTO pada hari ini jam 04.00 pagi karena penyakit yang dideritanya. Kami harap ananda sabar mendengar pesan duka ini. Ibu Hafidzh.

Aku tercengang membacanya dan menangis tersedu-sedu di bandara. Aku tak kuasa menahan rasa sedih ini. Sungguh aku seperti tak percaya dengan pesan yang dikirimkan oleh orangtua Hafidzh. Tetapi aku berusaha tidak berlama-lama dalam kesenduan dan mengecek kebenarannnya setiba aku di Indonesia.

Setibanya, aku langsung menuju rumah Hafidzh tetapi ia tak ada. Pembantunya mengatakan bahwa ia sedang prosesi pemakakaman. Aku tehentak melihat ia sedang dimasukkan ke liang lahat. Aku hanya bisa menangis. Ia tak pernah mengeluh sakit kepadaku, ia tak pernah mengatakan bahwa ia menderita penyakit jantung. Yang aku lihat ia selalu bersikap tegar seperti tak ada masalah dengan kondisi badannya. Namun dibalik semua itu, kini ia tak lagi berdaya, tak lagi mampu membagi senyum dan canda tawanya padaku. Aku sangat kehilangan dirinya.

8 bulan kemudian..

Delapan bulan berlalu, kepergiannya yang begitu cepat membuat diri ini semakin tegar untuk menerima kenyataan dalam hidup. Namun tak bisa dipungkiri, akupun hanyut terbawa sugesti untuk membayangkan wajahnya saat rasa rindu ini menghampiri. Terkadang aku melihatnya sambil menerpa senyumnya padaku tetapi saat aku memejamkan mata dan membukanya lagi ia menghilang, selalu ia tampak hadir dan menghilang. Tetapi ia akan selalu hadir mengisi hati ini dan takkan pernah hilang untuk selama-lamanya..

“ Buku Tahunan Sekolah “

22 Desember 2009,
Pagi itu aku sudah berdiri depan cermin melihat diriku bak peragawati yang siap di foto. Entah aku membayangkan seperti model yang acapkali fotografer menyilaukan cahaya kameranya. Jam menunjuk angka tujuh menyadarkanku untuk segera beranjak pergi menuju sekolah, aku dan teman-teman sekelasku janji untuk kumpul di sekolah. Tapi sebelumnya aku harus minggir sebentar untuk menjemput sahabatku. Perjalanan menuju kerumah sahabatku tak berjalan mulus. Guyuran hujan di pertengahan jalan membuat pakaianku sedikit basah.

Aku sampai di rumah sahabatku itu, ya.. panggil saja dia Saputri. Aku menunggu di luar rumahnya, menunggu hujan yang tak kunjung reda. Setelah menunggu beberapa menit, hujanpun mulai menandakan rintikan air yang berkurang (baca: agak reda). Bergegas menyalakan starter motor, ibu saputri menyodorkanku teh hangat. Hm.. aku pun tergiur untuk meminumnya apalagi dengan suasana dingin yang merasuk. Sudah biasa aku dijamu dengan teh buatan ibunya itu. “Juwii.. diminum dulu. Nih ada teh hangat. Langsung diminum saja, itu teh pagi.” Kata ibu Saputri yang memberikanku segelas teh. “Wahh.. bu jadi ngerepotin nih” ucapku, tersenyum kecil dan malu-malu tapi mau. Beberapa teguk air telah ku minum. Okeh, chao.. to school! Ngeengggg... brumm.. brumm.. motorku melaju kencang.

Di sekolah telah ada teman-temanku. Aku lihat dedew, zahzah, femoy, nico, emde, dan cetrin menunggu di bawah atap rumah kecil yang jika dilihat dari gerbang sekolah ada papan yang bertuliskan ‘kawasan bebas rokok’ (baca: pos satpam). Lucunya satpam yang tengah duduk diantara teman-temanku itu nampak mengkerut dahi, sepertinya ia agak kesal dengan barang-barang bawaan kami yang terlihat seperti tas-tas orang pulang kampung dan itu bertumpuk di meja depan mata satpam. Ada lagi temanku, nico yang sedang menggulung-gulung rambutnya dengan rol. Aku jadi membayangkan pos satpam bagaikan salon kecantikan saat itu. “Mau creambath bu? Pake conditioner apa? Lidah buaya, ginseng, atau rumput laut?” itu biasanya ucapan mbak-mbak salon yang akan melayani pelanggan terbaiknya. Ah.. itu hanya bayangan sesaatku.

Menunggu, menunggu, dan menunggu. Temanku yang lain silih berganti keluar masuk gerbang. Hampir semua sudah berkumpul dan lekas berangkat. Ada 3 mobil yang siap membawa para calon model-sehari (baca: rakyat ipa3). Aku lebih memilih naik motor. Lebih tepatnya, mengendarai motor, bukan hanya dinaiki. Awan tak henti-hentinya mengeluarkan air yang cukup deras. Sesungguhnya para pengendara motor tak tahu dimana studio itu diletakkan. Yang kita tahu hanyalah daerah Barito dengan alamat yang kurang jelas. Mencari-mencari, dimana studio itu. Alhamdulillah bertemu juga..

Oh.. tidakkk!!! Cocow dan eMDe menghilang tanpa jejak. Ahhaa.. Tapi untungnya ada alat unik punya cocow, mirip hape tapi agak besar. Alat itu menggantungkan dirinya pada sinyal dan berbunyi “kresek..kresek”, tanpa pulsa untuk berkomunikasi. Dengan bantuan gadget itu, Alhamdulillah bertemu juga..

Masuk ke dalam, semua penduduk kelas ipa3 beramai-ramai mengerubungi tata rias studio. Berdandan ria, bolak-balik depan belakang, mondar-mandir sana sini, gonta-ganti baju ganti, semua aktivitas layaknya model saat itu dilakukan. “ckkreeekkk..” bunyi suara kamera diiringi dengan silauan di atas yang mirip payung bercahaya sporadis, semuanya bergaya dan abang fotografer menyuruh kami berkata “ipa tigaaa..”, ada suara dibelakang berkata “ucapkan GAYY...”. Semuanya pun tertawa..

Wah.. enaknya menjadi model sehari. Oh iya, ada satu moment hari itu, panggil saja H & H. Hjantan mengutarakan perasaan kepada Hbetina (panggilannya lebih mirip kayak ayam. hehe.. maaf). Kira-kira diterima gak ya? eh.. ternyata diterima. I wish, i get PJ from that couple.

Ada 1 lagi moment terpenting, 22 Desember biasa diperingati dengan Hari Ibu. Aku memberikan mawar merah untuknya. Padahal mawar itu ku dapat dari sisa property tema white, tapi tak apalah yang terpenting.. bukan dilihat seberapa mahalnya pemberian seorang anak, tp lihatlah seberapa mahalnya kasih sayang seorang ibu, lihat dari hati seorang ibu yang memberikan kasih sayang sesungguhnya semasa hidup kita, mulai dini hingga dewasa, karena mahalnya kasih sayang yang ia berikan bahkan sampai saat ini mungkin ada diantara kita yang belum bisa membalas jasa-jasanya. Kasih sayang bukan hanya diberikan saat hari peringatan, kasih sayang diberikan sepanjang hari.. sepanjang masa.. sepanjang hidup kita..
Happy Mother’s Day...